selamat datang

Karena Semua Hal Perlu Dikomunikasikan :))

Kamis, 23 Januari 2014

Budaya Jawa dan Banyumas sebagai Jawa “Yang Lain”

Indonesia merupakan negara yang memiliki keaneragaman budaya. Seiring perkembangan zaman, bermacam-macam budaya yang ada di Indonesia ini perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak terbawa arus globalisasi. Krisis identitas semakin menjadi ketika arus globalisasi sudah merasuk sedemikian rupa ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat

Diperkenalkannya bahasa asing, terutama bahasa Inggris melalui berbagai mekanisme sosial, terutama pendidikan, akan membuka peluang bagi semakin terpisahnya masyarakat lokal dari identitasnya yang terikat pada teritorialitas. Dalam konteks lokal seperti Banyumas, budaya Banyumasan berhadapan dengan budaya Jawa dominan seperti Yogya dan Solo. Dari segi budaya dan bahasa, Banyumas dianggap “berbeda” dengan Jawa pada umumnya meskipun Banyumas merupakan subkultur dari kultur Jawa secara umum. Subkultur Banyumas ini diidentifikasi (dikonstruksi) sebagai unik dan lucu terutama dari segi bahasanya. Selain itu, dari segi karakteristik masyarakatnya, orang Banyumas hampir selalu diidentifikasi sebagai lugu dan ndeso. Pada perkembangan zaman yang semakin terbuka dan meniscayakan sebuah interaksi dan komunikasi antar budaya akan melahirkan pertentangan, akulturasi, dan merekonstruksi pemahaman dan nilai-nilai budaya masing-masing. Sebuah budaya dari subkultur tertentu akan memposisikan diri sebagai bagian dari kultur dominan. Proses adaptasi ini pada akhirnya akan merekonstruksi ulang mengenai persepsi atau pemahaman tentang nilai yang dianut suatu kelompok masyarakat. Banyumas saat ini merupakan sebuah tempat yang terbuka terhadap pengaruh budaya lain.

Dengan banyaknya institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi, akan memungkinkan pertukaran dan interaksi budaya—termasuk di dalamnya bahasa—melalui komunikasi. Banyaknya pendatang dari berbagai daerah, khususnya dari daerah Jawa kultur dominan seperti Yogya, Solo, Magelang, Semarang dan sekitarnya, dan bahkan Jawa Timur akan memungkinkan terjadinya pertukaran itu. Banyumas cenderung dianggap sebagai Jawa “yang lain”, misalnya dalam hal bahasa, Banyumas dianggap kurang memperhatikan etika dalam bertutur tidak seperti bahasa Jawa pada umumnya yang melihat strata dalam bahasa. Namun bagaimanakah ketika masyarakat dari kultur Jawa yang dominan ini masuk ke dalam komunitas masyarakat Jawa yang dianggap “lain”, seperti Banyumas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar