selamat datang

Karena Semua Hal Perlu Dikomunikasikan :))

Kamis, 23 Januari 2014

Untitle ..

Malam semakin larut, bahkan sebentar lagi akan berganti pagi. Namun entah mengapa dan tumben-tumbennya mata saya enggan terpejam. Mungkin gara-gara terlalu bukan terlalu sih, tapi sok sibuk mengerjakan tugas. Walaupun sebenarnya bukan tugas yang berat, hanya mengirimkan email tugas tentang artikel yang sudah jadi kepada salah seorang teman, kemudian menyimpannya sendiri untuk di print out. Sebenarnya sekitar pukul setengah sembilan malam tugas itu sudah selesai, hanya saja ada beberapa orang teman meminta bantuan, hal teknis sih, hanya sedikit. Saya sendirian awalnya, menghadap laptop disambi smsan dengan seseorang yang spesial dalam hidup saya (lebay sedikit tak apalah). Kebetulan saya sedang menginginkan perhatian lebih sebenarnya, namun mungkin si mas yang disana sedang capek, sudah berpamitan untuk tidur duluan, masih sekitar pukul sembilan malam, jadi ya sudahlah, tak masalah. Tak lama kemudian, dua orang teman saya menghampiri, mendiskusikan masalah tugas dengan santai. Disambi saling membantu mengerjakan dan memperbaiki tugas tak terasa pula ternyata jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Badan memang terasa capek setelah seharian jadwal kuliah padat hingga waktu maghrib. Namun mata belum bisa dipejamkan.
Ketika tugas sudah beres, yaaa.. anggap saja beres, karena sudah malam juga teman-teman saya bergegas meninggalkan kamar saya untuk beristirahat di kamar masing-masing. Tinggalah saya sendiri, mendadak sepi. Saya ingat sesuatu, ya..malam ini malam menuju tanggal 15, hhmmm...ada apa sih dengan tanggal 15? ada kah sesuatu yang berarti di tanggal itu? Mungkin biasa saja bagi orang lain, namun tidak bagi saya. Mata semakin tak bisa terpejam, ingin melewati tengah malam dan memberikan ucapan selamat atas hari jadi saya dan 'mas wibiono' ku tersayang. Tepat satu tahun lebih empat bulan kita merajut kisah, bukan hal yang mudah melewati semuanya. Saya pun berhasil memberikan ucapan selamat padanya, walaupun hanya sekedar lewat sms, dan tanpa balasan. Mungkin dia memang sedang sangat lelah, mungkin juga dia lupa. Tak apalah saya habiskan malam ini sendiri.

Dalam sepi dan heningnya suasana malam, tiba-tiba kisah itu muncul dipikiran saya. Runtut slide demi side tertata rapih menampakkan kisahnya sendiri. Saya merasa bahagia ada dihati nya, saya bahagia merasakan kasih sayang dan cintanya, saya merasa menjadi wanita yang beruntung ketika bisa berada didekat nya dengan perasaan nyaman, seolah tak sanggup jika harus jauh. Rasanya separuh hidup saya telah ada dalam dirinya. Entah mengapa saya bisa merasakan hal sedahsyat itu. Terdengar belebihan mungkin, tapi memang seperti itulah yang saya rasakan.

Kadang saya juga merasa pesimis dengan hubungan ini, dengan kontrasnya sifat-sifat saya dan dia, dengan situasi dan kondisi sekitar. Tapi saya ingin dia yang terakhir, terakhir dalam hidup saya. Tak ada orang lain lagi. Saya hanya inginkan dia yang bahagiakan saya dan keturunan saya kelak. Salahkah saya jika saya berharap lebih padanya? Salahkah saya jika dia saya jadikan harapan bagi masa depan saya? Salahkah saya ketika perasaan sayang ini muncul dengan sangat besar? Saya takut harapan dan mimpi-mimpi saya justru menambah beban pikirannya yang sudah berat. Saya takut sifat-sifat saya memberatkan dan membuat dia semakin tertekan. Padahal yang saya inginkan adalah mendorong dan memotivasinya agar selalu bersemangat meraih segalanya, termasuk dapat meraih 'saya'.

Maaf Tuhan, kadang saya juga berfikir, jika Kau tak izinkan saya dan dia bersatu mengapa Engkau pertemukan kami? mengapa Engkau limpahkan perasaan sayang yang begitu dahsyat ini kepada kami berdua? Perasaan ini adalah anugerah indah yang telah Engkau titipkan kepada kami berdua. Tolong jaga perasaan kami Tuhan, mudahkanlah jalan kami untuk mencapai sebuah kebahagiaan, untuk menjemput saat-saat paling bahagia dalalm hidup, untuk menuju hubungan yang lebih di Ridhoi..
Saya butuh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam hati yang selama ini cukup menimbulkan kerisauan, kegundahan, dan keresahan dalam hati saya.. Mungkin semua akan terjawab seiring berjalannnya waktu. Hanya perlu sedikit saja bersabar ..
selamat pagiii .. tak terasa sudah pukul setengah tiga pagi, ayam pun sudah ada yang mulai berkokok. oke, mencoba memejamkan mata barang sejenak ... 
*ditulis sekitar 6bulan yg lalu


Budaya Jawa dan Banyumas sebagai Jawa “Yang Lain”

Indonesia merupakan negara yang memiliki keaneragaman budaya. Seiring perkembangan zaman, bermacam-macam budaya yang ada di Indonesia ini perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak terbawa arus globalisasi. Krisis identitas semakin menjadi ketika arus globalisasi sudah merasuk sedemikian rupa ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat

Diperkenalkannya bahasa asing, terutama bahasa Inggris melalui berbagai mekanisme sosial, terutama pendidikan, akan membuka peluang bagi semakin terpisahnya masyarakat lokal dari identitasnya yang terikat pada teritorialitas. Dalam konteks lokal seperti Banyumas, budaya Banyumasan berhadapan dengan budaya Jawa dominan seperti Yogya dan Solo. Dari segi budaya dan bahasa, Banyumas dianggap “berbeda” dengan Jawa pada umumnya meskipun Banyumas merupakan subkultur dari kultur Jawa secara umum. Subkultur Banyumas ini diidentifikasi (dikonstruksi) sebagai unik dan lucu terutama dari segi bahasanya. Selain itu, dari segi karakteristik masyarakatnya, orang Banyumas hampir selalu diidentifikasi sebagai lugu dan ndeso. Pada perkembangan zaman yang semakin terbuka dan meniscayakan sebuah interaksi dan komunikasi antar budaya akan melahirkan pertentangan, akulturasi, dan merekonstruksi pemahaman dan nilai-nilai budaya masing-masing. Sebuah budaya dari subkultur tertentu akan memposisikan diri sebagai bagian dari kultur dominan. Proses adaptasi ini pada akhirnya akan merekonstruksi ulang mengenai persepsi atau pemahaman tentang nilai yang dianut suatu kelompok masyarakat. Banyumas saat ini merupakan sebuah tempat yang terbuka terhadap pengaruh budaya lain.

Dengan banyaknya institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi, akan memungkinkan pertukaran dan interaksi budaya—termasuk di dalamnya bahasa—melalui komunikasi. Banyaknya pendatang dari berbagai daerah, khususnya dari daerah Jawa kultur dominan seperti Yogya, Solo, Magelang, Semarang dan sekitarnya, dan bahkan Jawa Timur akan memungkinkan terjadinya pertukaran itu. Banyumas cenderung dianggap sebagai Jawa “yang lain”, misalnya dalam hal bahasa, Banyumas dianggap kurang memperhatikan etika dalam bertutur tidak seperti bahasa Jawa pada umumnya yang melihat strata dalam bahasa. Namun bagaimanakah ketika masyarakat dari kultur Jawa yang dominan ini masuk ke dalam komunitas masyarakat Jawa yang dianggap “lain”, seperti Banyumas?

Batik Banyumasan di Tengah Trend Mode Masa Kini

Innas Rizky Afria*

Banyumas sebagai bagian dari daerah Jawa memiliki ragam budaya yang memiliki kemiripan dengan daerah lain di tanah Jawa. Meski ada yang menilai bahwa Banyumas adalah termasuk “Jawa yang lain”, namun secara umum budaya Banyumas dipengaruhi oleh wilayah sekitarnya, termasuk tradisi batik. Batik merupakan salah satu hasil cipta, karsa, dan rasa masyarakat Indonesia. Batik sudah menjadi icon Indonesia di mata dunia, meski beberapa negara lain pun memiliki batik. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Sayangnya tidak semua daerah penghasil batik dapat berkembang dengan baik. Seperti halnya batik Banyumasan yang kurang dikenal luas oleh masyarakat. 

Menengok Sejarah

Berbicara mengenai batik Banyumasan, diriwayatkan bahwa sejarah batik berawal ketika perang Diponegoro berakhir, yaitu sekitar tahun 1930. Konon banyak pengikut Pangeran Diponegoro yang pindah dari Solo dan Yogya kemudian menetap di Banyumas. Banyak di antara mereka turut pula anggota keluarga kerabat Keraton Yogya dan Solo yang menolak kebijakan kolonial Belanda. Mereka pindah dan turut membawa serta seni membatik ke Banyumas. Lambat laun ketrampilan membatik tersebar luas di kalangan masyarakat Banyumas. Itulah sebabnya, batik Banyumas mendapat banyak pengaruh batik Yogya dan Solo.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Realitas Batik di Barlingmascakeb
Saat ini batik bukan lagi simbol kalangan bangsawan, namun sudah menjadi budaya masyarakat umum. Persoalannya adalah tidak semua daerah mengembangkan nilai-nilai budaya batik ini. Di beberapa wilayah Karesidenan Banyumas, masyarakat mulai meninggalkan tradisi membatik. Tidak seperti beberapa kota sentra batik yang terkenal seperti Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Cirebon, wilayah penghasil batik di Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen) cenderung punah.
Sebut saja kampung batik yang ada di Desa Tanuraksan dan Desa Jemur, Kabupaten Kebumen, kondisinya sangat memprihatinkan. Untuk daerah yang disebut kampung batik hampir tidak nampak di sana. Di daerah itu hanya ada satu pengusaha batik. Selebihnya hanya pengrajin batik rumahan yang orientasinya belum ke arah pemasaran, sehingga aktivitas membatik hanya sebagai sambilan untuk mengisi waktu luang. Kondisi serupa juga terjadi di wilayah lainnya seperti Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara. Bahkan di Cilacap ada desa pengrajin batik yang sudah tak ada lagi aktivitas membatik, tepatnya di Desa Klumprit, Nusawungu. Mungkin kondisi yang lebih baik ada di daerah Banyumas sendiri. Sentra batik di Banyumas tersebar di beberapa titik seperti di daerah Mruyung, Sokaraja, Baturraden, dan Kecamatan Banyumas sendiri.
Sebagai Kerajinan dan Tuntunan Hidup
Batik sebagai salah satu kerajinan yang sangat indah memiliki keunggulan yang bermacam-macam. Selain dijadikan sebagai sebuah hasil kerajinan batik juga bisa dijadikan pedoman serta tuntunan hidup sehari-hari karena dalam selembar kain batik tersirat berbagai makna yang dapat dijadikan petunjuk hidup bagaimana manusia berbuat agar menjadi manusia yang unggul dibandingkan dengan manusia lain.
Makna-makna batik terkandung dari beraneka corak, warna, dan ornamen yang menghiasi batik tersebut. Berbagai macam makna dan nilai dapat ditampilkan dari selembar kain batik. Yang dapat diketahui oleh masyarakat awam adalah nilai keindahan atau seni dari batik. Namun dalam sehelai kain batik yang indah itu juga tersirat nilai-nilai kehidupan yang menjadikan manusia itu menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. Bagaimana manusia menjadi baik, bahagia, jujur, arif-bijaksana, adil dan sebagainya yang dapat menjadikan manusia itu dipandang baik bagi kehidupan.
Keprihatinan
Sepertinya batik belum menjadi perhatian serius dari berbagai pihak dan juga pemerintah daerah. Itu terbukti hampir jarangnya pemerintah berpartisipasi dalam pengembangan industri batik. Walaupun ada hanya sebatas pelatihan dan sedikit bantuan modal usaha, namun setelah itu ditinggal begitu saja.
Saat ini banyak perajin batik yang lebih memilih mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan untuk mencukupi hidupnya ketimbang membatik yang tidak mampu menjanjikan keuntungan yang cukup, terlebih lagi bagi para perajinnya. Oleh karena itulah banyak perajin batik yang menjadikan aktivitas membatik hanya sebagai kerjaan sambilan untuk mengisi waktu senggang.
Keprihatinan lain adalah mengenai makna dari batik dan motif-motifnya. Bahkan sejarah batik di beberapa daerah tidak diketahui asal-usulnya. Padahal, dalam ragam motif batik terkandung makna filosofis yang ingin ditampilkan lewat seni batik. Banyak makna yang tersirat dari motif batik yang saat ini sudah tidak lagi dipahami masyarakat, bahkan oleh para perajin batik sendiri.
Dari segi penggunanya, saat ini masyarakat kurang tertarik untuk mengenakan batik. Batik dinilai sebagai pakaian yang terlalu formal dan kaku sehingga pakaian batik hanya digunakan pada acara-acara formal tertentu. Selain itu, batik “identik” dengan orang tua dan dianggap tradisional. Kalangan muda saat ini lebih tertarik dengan pakaian-pakaian modern yang bermerk. Distro lebih banyak dikunjungi ketimbang toko batik. Kurangnya antusias dari kalangan masyarrakat luas inilah yang menyebabkan industri batik seperti di wilayah Banyumas dan sekitarnya mulai meredup.
Sudah saatnya kita warisi tradisi batik ini, tidak hanya dari aspek pemakaian, tetapi juga dari segi pembuatan dan penghayatan makna yang terkandung dari beragam corak dan motif batik itu. Tidak perlu kita berlebihan dan sok nasionalis ketika batik di klaim negara lain tanpa upaya kita melestarikannya. Dengan kita mempelajari dan melestarikan, dengan sendirinya pula batik akan menjadi ciri dan identitas bangsa Indonesia.
*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP Unsoed