selamat datang

Karena Semua Hal Perlu Dikomunikasikan :))

Selasa, 19 Juni 2012

Bagaimana Ini?

Ketika aku ingin menulis, aku bertanya pada seseorang tentang apa yang akan ku tulis. Nah, orang itu menjawab 'ga tau, kan kamu yang mau nulis?'. Hhhhhmmm...iya juga sih, tapi kan aku juga butuh inspirasi buat nulis. Hadduuhhhhh .

Sebenarnya, inilah salah satu kelemahan saya. Hhhh, ceritanya tugas-tugas kuliah saya kebanyakan adalah membuat semacam tulisan, entah itu essay, opini, narasi, berita, dan lain sebagainya. Telah tiba saatnya kini menjelang Ujian Akhir Semester, tugas-tugas pun mulai kembali menumpuk, sedangkan saya sama sekali belum menemukan inspirasi, ide, ataupun gagasan untuk membuat sebuah tulisan. Lantas, harus bagaimana? lagi-lagi menggalau lagi kalau seperti ini ceritanya. Hhhmm, okelah masih ada waktu cukup lama, tapi kalau terus-terusan tidak ada gambaran sama saja membuang-buang waktu. Seharusnya hanya dalam hitungan hari, tugas sudah dapat terselesaikan. Kadang saya bingung harus memulai sebuah tulisan darimana, kemudian ketika saya menemukan topik tulisan dan mencoba mulai menulis, saya kurang bisa fokus terhadap topik permasalahan yang sedang saya bahas. Daftar tugas-tugas saya untuk Ujian Akhir yang harus mulai saya kerjakan antara lain adalah :
  1. Membuat tulisan berbentuk feature dengan informan tokoh politik 
  2. Membuat makalah dengan tema komunikasi lintas budaya 
Untung saja tulisan yang berbentuk artikel sudah selesai saya kerjakan dan sudah saya kirim ke sebuah koran sesuai dengan instruksi dosen pengampu mata kuliah jurnalistik media cetak. Tugas komunikasi politik yang juga membuat artikel juga sudah berhasil saya kerjakan walaupun dengan mencari referensi yang kira-kira dapat mempermudah penyusunan artikel.

Huhhhh, okay.. DON'T COMPLAIN ! tak boleh banyak mengeluh , nikmati, dan kerjakan saja  semampunya, pasti bisa :)

Senin, 11 Juni 2012

Wahai Pendidikan yang Abnormal


“Pendidikan adalah sebuah kenyataan yang tidak lain dari proses pembenaran akan praktek-praktek penindasan yang melembaga” Paolo Freire.
Dunia pendidikan adalah nyawa dari kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan pondasi sebuah bangunan bangsa dan negara. Bila kita melihat kondisi pendidikan di Indonesia, sungguh sangat memprihatinkan, karena sampai saat ini sektor pendidikan belum mendapat perhatian penuh dari lembaga negara. Negara saat ini lebih mementingkan sektor ekonomi dan politik. Padahal kita tahu tanpa adanya fundamental yaitu tingkat pengetahuan dan kecerdasan, maka kesemuanya akan tak bermakna. Apalah artinya membangun sistem politik dan ekonomi untuk kemajuan bangsa, tetapi rakyat berada dalam dunia kebodohan. Lain halnya bila aparatur negara sengaja manciptakan sistem yang hanya menguntungkan pihaknya saja tanpa peduli akan nasib masa depan bangsa.
Hilangnya jati diri
Kondisi pendidikan di tanah air kian kehilangan jati diri dan jiwanya seiring dengan krisis multidimensi dan arus globalisasi yang melanda. Fungsi lembaga pendidikan sebagai wahana penempatan generasi muda untuk menguasai berbagai disiplin ilmu yang kelak menjadi pahlawan untuk membebaskan kita semua dari belenggu ‘penjajahan’—baik yang dilakukan oleh bangsa asing maupun bangsa sendiri—telah berfungsi menjadi wilayah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat pragmatis.
Ada pepatah yang menyatakan bahwa harta tanpa ilmu adalah hampa dan sia-sia,. Tetapi dengan ilmu, harta akan mudah didapat dan lebih bermanfaat. Tapi ini tak berlaku di negeri kita. Nyatanya kaum borjuis makin kaya raya walau dengan latar belakang pendidikan yang tidak jelas. Gelar akademik sangat mudah didapat, bahkan dari perguruan tinggi negeri sekalipun. Yang mereka cari hanyalah prestise yang menolong penampilannya serta mandapat pengakuan dari masyarakat. Institusi pendidikan sudah beralih pada paradigma finansial. Pendidikan menjadi lahan bisnis para birokrat. Dan dampaknya pendidikan sudah mengalami distorsi. Pendidikan di negeri ini sudah dapat dikatakan abnormal layaknya orang yang tak waras. Dia sudah mulai linglung dan tidak tahu akan jatidirinya sebagai media berproses bagi rakyat, yang kelak diharapkan mampu menciptakan konstruksi masyarakat yang sitematis (agent of change). Beberapa konsep, diktum, dan metodologi yang bermacam-macam dalam sistem pendidikan sampai sekarang masih dalam taraf utopis yang belum mapu membumi. Tak pelak, visi dan misi institusi pendidikan hanya menjadi sebuah jargon-jargon belaka.
Saat ini parameter keberhasilan pendidikan hanya didasakan pada sebuah nilai. Tak heran hampir seluruh pelajar hanya berorientasi pada pencapaian angka di lembaran buku rapot atau ijasah. Pemerintah berusaha menaikkan standar kelulusan dengan maksud mencerdasan kehidupan bangsa. Tapi malah ini yang menjerumuskan masa depan bangsa. UN hanya berpatok pada tiga mata pelajaran saja, yang berakibat pengesampingan pelajaran lain oleh siswa.Selain itu, banyak contoh kasus yang penulis tahu, pihak sekolah membentuk tim sukses bagi kelulusan siswa dengan jalan yang picik. Siswa tidak pernah tahu hasil kelulusannya itu berkat bantuan dari para guru mereka. Ini dimaksudkan untuk mendongkrak popularitas sekolah tersebut pada tahun ajaran baru. Dan dengan demikian, akan dengan mudahnya pihak sekolah me-malak orang tua siswa yang akan menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut lewat uang sumbangan.
Ironis memang tatkala nilai luhur atau jiwa dan konsep pendidikan yang begitu penting bagi manusia–sampai-sampai menadapat justifikasi dari segala aturan hidup seperti hukum agama, adat, sampai negara yang mengharuskan manusia untuk melaksanakan proses pendidikan—apabila dibenturkan dengan realitas di tengah bangsa kita. Yang dilahirkan dari rahim pendidikan ternyata belum mampu memberi kontribusi bagi kemajuan malah kian menggerogoti. Apakah pendidikan kita memang sudah abnormal? Wahai pendidikan yang abnormal, sudah saatnya engkau bangun dari ketidaksadaranmu, karena sampai saat ini belum ada psikiater atau rumah sakit jiwa untukmu. Semoga pendidikan dapat segera sadar.

Oleh: Bambang Wibiono*

Rabu, 06 Juni 2012

Cantik ?

Jika kita menyebut kata cantik pasti diidentikkan dengan tinggi, seksi, mulus, montok, berambut panjang, dan segala kesempurnaan yang ada didiri wanita. Itu semua terbentuk dari konstruksi masyarakat. Sebenarnya apa sih yang dilihat dari seorang wanita, apa hanya cantik? Tubuh seksi? Atau bahkan status sosial (harus dari kalangan tertentu mungkin??). Nah, lantas apa wanita yang tidak tinggi, tidak seksi, tidak mulus, dan tidak berkulit putih itu ga cantik ?
Sebenarnya apa sih defenisi cantik ?
 
Cantik menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah indah,elok dan rupawan. Cantik itu memang relatif. Definisi kecantikan selalu berubah menurut waktu dan tempat. Sebagian mengatakan wanita yang berkulit putih itu cantik, sementara sebagian yang lain mengatakan yang cantik adalah yang berkulit sawo matang. Sebagian lagi berpendapat orang cantik itu adalah yang tinggi seperti para elit model, padahal ada sebagian yang lain justru mengatakan bahwa yang cantik itu adalah wanita yang kecil imut-imut.
 
Ada juga orang yang mengatakan bahwa etnis Cina dan Jepang yang bermata sipit itu cantik, padahal ada orang yang justru mengatakan cantik kepada seorang wanita yang bermata besar. Setiap orang mungkin mempunyai definisi masing-masing tentang apa itu cantik. Dan tidak ada seorangpun yang dapat kita paksa untuk menerima definisi  menurut kita.
 
Tanyakanlah kepada setiap wanita tentang perasaan mereka ketika dipuji dengan kata cantik. Pasti, tidak semua orang akan bahagia ketika dipuji seperti itu. Karena ternyata, ketika kita renungkan lebih jauh, tidak selalu pujian itu mengatakan hal yang sebenarnya. Itu akan sangat tergantung dengan orang yang mengucapkan, keadaan ketika kata itu terlontar, ekspresi wajah dan gerak tubuh dari sang pemuja, konteks kalimat itu sendiri, kalimat yang mengiringi pujian itu, dan sebagainya. Bisa jadi seseorang menyebut kita cantik hanya untuk menghibur hati yang sedih, atau ingin mengambil hati untuk sesuatu sebab, atau malah ingin menyindir, atau memang karena hal itu adalah suatu kebenaran.
 
Jangan besar kepala ketika ada seseorang yang menyanjung kita dengan pujian cantik. Jangan pula berkecil hati ketika tidak pernah ada yang memuji kita seperti itu. Toh, itu semua adalah ujian. Apakah kecantikan atau ketidakcantikan itu akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya, ataukah justru akan menjadi fitnah besar yang menyeret kaki kita ke jurang kenistaan.

Ketika pujian itu terlontar, ucapkanlah alhamdulillah, karena memang segala pujian itu hanya layak dialamatkan kepada-Nya, Sang Penyempurna segala kejadian. Lalu… segeralah beristighfar! Karena pujian itu bisa jadi akan melintaskan rasa sombong (walaupun mungkin orang lain tidak bisa melihat kesombongan itu). Segera beristighfar!!

Sementara ketika pujian itu tidak juga terlontar, atau justru terlontar kepada orang lain, ucapkanlah juga alhamdulillah… Karena mungkin Allah sedang hendak menguji rasa syukur kita. Rasa syukur atas apa yang ada, juga rasa syukur atas kesempurnaan kejadian kita. Ingatkah firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tiin: 4)

Berbahagialah kalian ketika kecantikan itu bukan sekedar menghiasi wajah, tapi terutama hati dan akhlak kita. Karena kecantikan fisik pasti akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tapi kecantikan hati dan akhlak, itulah yang akan bersinar dan terus dikenang oleh orang-orang di sekitar kita. Wallahua’lam bish showab.

(Innas Rizky Afria 17/06/11)

Tentang Sebuah Rasa

Rasa itu hadir seketika. Rasa itu tumbuh dengan sendirinya, semakin hari rasa itu semakin hebat. Dan ketika apapun tak mampu mencegah rasa yang terus tumbuh subur, adakah yang bisa dipersalahkan? Adakah yang salah dengan apa yang aku rasa? Aku tak menginginkan ataupun meminta rasa ini ada, tapi apa daya ego tak mampu mengalahkan perasaan. Di satu sisi, ingin rasanya menolak perasaan ini, namun hati kecil berkata bahwa ini bukan perasaan biasa dan akan sulit mengingkarinya. Sakit rasanya ketika keadaan mengharuskan diri ini berbohong. Rasa inilah yang memberikan kekuatan atas sebuah keyakinan akan terwujudnya kebahagiaan. Memang bukan hal mudah untuk menggapai bahagia, banyak hal sulit yang harus dihadapi. Namun, ini tak kan mampu mengalahkan betapa hebatnya rasa yang telah tertanam di hati. Perbedaan-perbedaan tercipta agar kita dapat saling melengkapi. Setiap orang berhak merasakan perasaan ini. Rasa ini pun cukup membingungkan, entah bagaimana cara untuk mengungkapkan betapa dahsyatnya perasaan ini tumbuh dalam benak hatiku.
    Ya Allah, Ya Rabbi yang Maha Mengetahui isi hati, peliharalah perasaan ini hingga akhir hayat, kendalikanlah segala rasa yang ada dalam hati ku.. Engkaulah Maha Pembolak-balik hati, maka lindungilah aku dari segala sesuatu yang akan mengotori hati ini. Tuntunlah aku agar tetap berada di jalan Mu untuk menggapai ridho Mu dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki bersama orang yang aku sayang, bersama orang yang telah Engkau tetapkan manjadi pendamping hidupku. Tunjukkanlah yang terbaik bagi ku dan bagi nya. Mudahkanlah kami dalam menghadapi segala sesuatu yang akan akan datang Ya Allah, Engkaulah Maha pengasih dan Penyayang.
20.07.11
litelprincess



Kini kurasakan sepi
Tiada tawa tiada canda, tiada kata tiada suara
Mengapa hanya ada bisu ?
Mengapa aku hanya bisa meneteskan air mata?
Walau rumput bergoyang
Walau angin ramah menyapa
Namun hati tiada tersapa
Tak pula mampu mengusap air mata
Angin, ku ingin bercengkrama dengan mu
Dalam setiap hembusan yang kau berikan
Rumput, ku ingin berteman dengan mu
Bergerak bebas mengikuti irama sang bayu..
rya-Juli'04

Semoga Tak Terulang

Selingan curahan hatii, kisah sedih di malam minggu judulnya..

malam ini malam minggu, yaa..sebenarnya memang tak pernah ada bedanya dengan malam-malam yang lain. mungkin hanya suasana luar saja yang berbeda, terlihat lebih ramai dan banyak para remaja yang bermalam mingguan, entah sendiri ,bersama teman, atau bersama pasangannya. setelah beberapa hari aku hanya berdiam diri di kost an, aku pun ingin merasakan suasana yang berbeda. aku memang termasuk tipe orang yang cenderung gampang bosan. aku ingin menghabiskan malam di luar, menikmati suasana malam, atau apa sajalah yang penting tidak garing dan tidak membuatku bosan. malam minggu yang sederhana namun berkesan, ittulah yang aku harapkan sebenarnya malam ini. berharap memang tak dilarang.
akhirnya aku jalan bersama seseorang (spesial tentunya). kami hanya sekedar jalan-jalan berkeliling kota saja sebenarnya, berangkat sekitar jam setengah 7. eh, baru setengah jalan menikmati malam malah kejadian missunderstand.. hhaaahhh, dan hal itu sangat membuat ku total kehilangan mood. sebenarnya bukan masalah besar, malah bukan masalah sebenarnya. tapi aku yang saat itu benar-benar sedang antusias jalan seolah dipatahkan antusiasme itu karena secara tidak langsung diajak kembali ke kosan. hhuuuufttthh, hanya sederhana sebenarnya inginku. tak banyak. ketika itu memang perutku sudah mulai terasa lapar, tapi tak terlalu. aku ingin makan mi ayam berdua dipinggir jalan sambil menikmati suasana malam dan orang yang lalu lalang, setelah itu baru melanjutkan jalan-jalan. ehh, tak taunya mi ayam itu terlanjur dibungkus, mau dimakan dimana cobaa?? malas sekali pulang ke kosan. apalagi waktu masih menunjukkan pukul 08.20, setidaknya masih ada sedikit waktu untuk jalan-jalan. dengan tampang bete, aku minta langsung diantar pulang ke kost an saja. akhirnya aku menemukan cara mengembalikan mood yang sempat hilang, menonton film 'wedding dress' lumayan menghibur. semoga besok sensivitasku mulai menurun dan sudah kembali normal. hmmm.. walaupun cerita nya ga mutu, tapi gapapa deh. pura-puranya aku cuma mau meluapkan uneg-uneg aja disini..

Jumat, 01 Juni 2012

Kontroversi Ujian Nasional

Innas Rizky Afria

Pendidikan merupakan salah satu jalan bagi perbaikan kualitas manusia, baik dari aspek intelektual, kreativitas, sampai persoalan moral. Untuk itulah berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki sistem pendidikan sehingga diperoleh output yang mampu menjawab berbagai persoalan bangsa ini. Perubahan sistem pendidikan, baik dari segi kurikulum maupun standar kelulusan diupayakan seperti Ujian Nasional.
Tahun ini kelulusan tingkat SMA/MA meningkat menjadi 99,50 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 99,22 persen. Peningkatan angka kelulusan ini belum menyelesaikan berbagai polemik soal pendidikan. Standar kelulusan ini bukan mutlak menjadi parameter kecerdasan seseorang, terbukti banyak kasus siswa berprestasi yang tidak lulus UN. Ujian nasional menjadi ‘momok’ bagi siswa yang hendak mengakhiri masa belajarnya karena merupakan salah satu syarat paling penting untuk dapat melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Selain hal tersebut, kelulusan juga menjadi prestise karena jika tidak lulus ujian, mereka akan dianggap bodoh oleh teman-temannya dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, banyak oknum yang memanfaatkan situasi ini, tak ada jaminan soal-soal ujian nasional tidak bocor. Akhirnya baik dari pemerintah, pihak sekolah, maupun siswa melakukan kecurangan entah dengan cara apapun demi mendapatkan sebuah predikat “LULUS”.

Standar kelulusan melalui UN dirasa tidak adil. Di satu sisi standar nilai kelulusan disamakan bagi semua sekolah, namun di sisi lain para pemangku kebijakan seolah menutup mata terhadap kondisi pendidikan di Indonesia dan juga kondisi sekolahnya. Masih banyak fasilitas sekolah yang tidak layak dan juga tenaga pengajar tidak bermutu karena tidak sesuai dengan keahliannya. Alhasil sekolah “bermutu” hanya milik orang mampu dan sebagian besar sekolah-sekolah tersebut berada di kota-kota besar.

Dengan paradoks yang terjadi, seluruh siswa mendapat beban yang sama, yaitu harus lulus dengan standar Ujian Nasional yang sama pula. Menaikan standar nilai UN bukan solusi untuk menaikan mutu pendidikan, karena di sisi lain masih menyisakan persoalan yang telah disebutkan itu. Dengan berbagai kecurangan yang dilakukan pihak sekolah secara terencana dan terstruktur, mengindikasikan output dengan nilai sempurna bukan jaminan kualitas. Belum lagi soal pemerataan sarana dan prasarana pendidikan di banyak sekolah yang juga menyebabkan tidak meratanya transformasi ilmu yang pada akhirnya tidak maksimalnya dalam pencapaian hasil ujian nasional.

Sekedar Renungan

hidup itu perlombaan....
Jika kau tidak cekatan, orang lain akan merebut peluang...
Untuk lahir saja... harus mengalahkan lebih dari 300 juta sperma lain
Ingat!
Hidup ini perlombaan!
Jika kau tidak cepat, seseorang akan mengalahkanmu dan melaju kencang meninggalkanmu..

Saat ini, di kampus tidak ada yang membicarakan sesuatu yang terkait dengan terobosan baru, tak ada penemuan baru!
Hanya omong besar, hanya nilai, atau paling banter bekerja di perusahaan besar atau perusahaan asing.
Bahkan tidak memperoleh pengetahuan di kampus,..
Mahasiswa hanya diajari bagaimana mendapatkan nilai bagus...

Adakah yang berfikir bahwa hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru..?
Tidak!!
Apa gunanya jika kalian hanya begini?
Tidak.!!
Hanya akan ada tekanan

Singa sirkus juga belajar untuk bisa duduk di kursi, hanya karena takut dicambuk.
Tapi kita tetap boleh menyebut singa ini TERLATIH,
BUKAN TERDIDIK

Seorang Profesor pernah berkata, "Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi untuk membesarkan jiwa"
JANGAN MENGEJAR KESUKSESAN! TAPI KESEMPURNAAN!
KEJARLAH KESEMPURNAAN!
MAKA KESUKSESAN AKAN MENDATANGIMU

jangan menghafal dalam belajar!
Pahami materinya...nikmati indahnya ilmu pengetahuan

”Tingkatan” dalam pendidikan yang diutamakan, akan menciptakan perpecahan..

Yakinlah bahwa pasti ada perusahaan..yang membutuhkan manusia, bukan mesin untuk bekerja!

saya tidak meminta kepada Tuhan untuk memberi saya pekerjaan ini,
Saya hanya berkata, "Terima kasih atas hidup yang Kau berikan ini" 

(mas wibiono)

Aku Tak Sekuat Apa yang Mereka Lihat

Ketika aku benar-benar merasa terpojok dan sendiri dalam gelapnya dunia, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mencoba untuk berpikir lebih dewasa, namun terkadang sisi kekanak-kanakan ku muncul begitu saja. Aku tak pernah bisa dan tak biasa dalam kesendirian, namun mungkin mulai saat ini aku HARUS bisa dan biasa. Ketika segala yang ada di dunia ini pergi menjauh dan tak ada satu orang pun yang mengerti tentang perasaanku, aku hanya bisa terdiam dan bahkan menangis sendirian. Saat aku lelah dengan kehidupan ini aku dipaksa untuk terus tetap tersenyum. Dan ketika aku tak mampu menghadapi segala permasalahan hidup, aku dipaksa untuk selalu kuat, untuk bisa bertahan dalam keterbatasan. Apakah ini yang dinamakan hidup?  Aku berusaha untuk tetap terlihat tenang, ceria, cuek, masa bodoh dan menunjukkan kehidupanku yang sempurna. Padahal dibalik semua itu aku hanyalah sesosok orang yang munafik, aku tidak cukup berani menampilkan segala kelemahan, kerapuhan,  dan ketidak berdayaan ku. Aku selalu membutuhkan orang lain untuk mengalihkan semua kekalutan dalam pikiranku.  Saat segala yang ada telah menyesakkan dada, ingin rasanya aku pergi menjauh, berteriak sekencang-kencangnya dan menangis sepuasnya berharap rasa lega hadir dalam dada.

Walau begitu, aku mungkin harus tetap bersyukur akan nafas yang masih Allah berikan untuk ku.. akan segala nikmat dan karuniaNya hingga detik ini yang masih bisa aku rasakan. Hidup dan proses kehidupan adalah buah dari kehidupan itu sendiri, tak ada yang perlu dikeluhkan, yang sulit hanya lah memposisikan sudut pandang dalam memandang hidup. Karena cara pandang itulah yang akan menentukan sikap dan sebuah tindakan.