Oleh: Innas Rizky Afria
Teori Negosiasi muka adalah satu dari sedikit yang secara eksplisit mengakui bahwa orang dari budaya yang berbeda memiliki bermacam pemikiran mengenai “muka” orang lain. Pemikiran ini menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara yang berbeda. Karena muka merupakan perpanjangan dari konsep diri seseorang, muka telah menjadi fokus dari banyak penelitian di dalam beberapa bidang ilmu.
Asumsi Teori Negosiasi Muka
Asumsi Teori Negosiasi Muka
1. Identitas diri penting di dalam interaksi interpersonal, dan individu-individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda dalam budaya yang berbeda.
Asumsi yang pertama menekankan pada identitas diri ( self-identity), atau cirri pribadi atau atribut karakter seseorang. Identitas diri mencakup pengalaman kolektif seseorang, pemikiran, ide, memori, dan rencana (West & Turner, 2006 ). Identitas diri orang tidak bersifat stagnan, memalinkan dinegosiasikian dalam interaksi dengan orang lain. Melekat dengan asumsi pertama ini adalah keyakinan bahwa para individu di dalam sebuah budaya memiliki beberapa citra diri yang berbeda dan bahwa meraka menegosiasikan citra ini secara terus menerus. Ting-Toomey (1993 ) menyatakan bahwa rasa akan diri seseorang merupaka hal yang sadar atau tidak sadar. Maksudnya, dalam banyak buadaya yang berbeda, orang-orang membawa citra yang mereka presentasikan kepada orang lain secara kebiasaan atau strategis. Ting-Toomey percaya bahwa bagaimana kita memersepsikan rasa akan diri kita dan bagaimana kita ingin orang lain untuk memersepsikan kita merupakan hal yang sangat penting dalam pengalaman komunikasi kita.
2. Manajemen konflik dimediasi oleh muka dan budaya
Asumsi kedua dari Teori Negosiasi Muka berkaitan dengan konflik, yang merupakan komponen utama dari Teori ini. Konflik dalam Teori ini, bekerja sama dengan muka dan budaya. Bagi Ting-Toomey (1994), konflik dapat merusak muka sosial seseorang dan dapat mengurangin kedekatan hubungan antara dua orang. Sebagai mana ia menyatakan bahwa konflik adalah “ forum “ bagi kehilangan muka dan penghinaan terhadap muka.
3. Tindakan-tindakan tertentu mengancam citra diri seseorang yang ditampilkan
Asumsi ketiga dari Teori Negosiasi Muka berkaitan dengan dampak yang dapat diakibatkan oleh suatu tindakan terhadap muka. Ting-Toomey dan Mark Cole (1990) jika pencitraan diri kita terancam ada dua proses untuk memperbaiki citra tersebut:
• Penyelamatan Muka (face-saving), yaitu mencakup usaha – usaha untuk mencegah peristiwa yang dapat menimbulkan kerentanan atau merusak citra seseorang. Penyelamatan wajah sering kali tidak memperdulikan rasa malu.
• Pemulihan Muka (face restoration), yaitu strategi yang digunakan untuk mempertahankan otonomi dan menghindari kehilangan muka. Pemulihan muka dilakukan setelah terjadi kehilangan muka. Ting-Toomey dan
• Penyelamatan Muka (face-saving), yaitu mencakup usaha – usaha untuk mencegah peristiwa yang dapat menimbulkan kerentanan atau merusak citra seseorang. Penyelamatan wajah sering kali tidak memperdulikan rasa malu.
• Pemulihan Muka (face restoration), yaitu strategi yang digunakan untuk mempertahankan otonomi dan menghindari kehilangan muka. Pemulihan muka dilakukan setelah terjadi kehilangan muka. Ting-Toomey dan
Cole mengamati bahwa orang berusaha untuk memulihkan muka dalam rangka merespon suatu peristiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar