selamat datang

Karena Semua Hal Perlu Dikomunikasikan :))

Kamis, 19 Januari 2012

Teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory)

Oleh: Innas Rizky Afria


Teori kelompok bungkam menjelaskan bahwa wanita berusaha menggunakan bahasa yang diciptakan oleh pria untuk mendeskripsikan pengalaman mereka dalam cara yang sama seperti halnya ketika seorang penutur asli bahasa inggris belajar bercakap-cakap dalam bahasa Spanyol.
Tetapi, tidak semua wanita bungkam dan semua pria memiliki suara. Teori kelompok bungkam memungkinkan kita untuk memahami kelompok mana pun yang dibungkam karena tidak memadainya bahasa mereka. Selain itu, pembungkaman dapat terjadi sebagai hasil dari ketidakpopuleran pandangan yang berusaha untuk diungkapkan seseorang.
Pencetus Teori: Edwin Ardener dan Shirley Ardener yang merupakan seorang antropolog sosial.
Latar Belakang Pemikiran
Edwin Ardener dan Shirley Ardener melakukan penelitian berkaitan dengan struktur dan hierarki sosial. Pada tahun 1975, Edwin Ardener mengatakan bahwa kelompok yang menyusun bagian teratas dari hierarki sosial menentukan sistem komunikasi bagi budaya tersebut. Kelompok dengan kekuasaan lebih rendah seperti wanita, kaum miskin, dan orang kulit berwarna, harus belajar untuk bekerja dalam sistem komunikasi yang telah dikembangkan oleh kelompok dominan. Dengan mengubah generalisasi ini ke dalam kasus tertentu mengenai wanita di dalam budaya. Edwin Ardener menyatakan, “Mereka yang terlatih dalam bidang etnografi jelas-jelas memilih bias terhadap jenis model yang para pria siap diberikan (atau disetujui) oleh para pria dibandingkan terhadap model mana pun yang dapat diberikan wanita. Jika pria tampak lebih pandai bicara dibandingkan wanita, ini merupakan kasus dari orang-orang yang sama berbicara mengenai hal yang sama.”
Selain itu, Shirley Ardener mengamati bahwa kebungkaman wanita merupakan pasangan dari ketulian pria. Karenannya, ia menjelaskan bahwa wanita (atau anggota dari kelompok bawah mana pun) memang berbicara, tetapi kata-kata mereka berjatuhan pada telinga yang tuli (tidak mau mendengarkan), dan ketika ini terjadi sejalan dengan waktu, mereka cenderung berhenti mencoba untuk mengemukakan pendapat mereka, dan bahkan mereka mulai berhenti untuk memikirkannya.
Bagi Edwin, kelompok yang bungkam dianggap tidak pandai berbicara oleh sistem bahasa kelompok yang dominan, yang tumbuh secara langsung dari pandangan terhadap dunia dan pengalaman mereka.

Bagi kelompok bungkam, apa yang mereka katakan pertama kali harus bergeser dari pandangan mereka sendiri terhadap dunia dan kemudian diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman dari kelompok yang dominan. Karenanya, artikulasi bagi kelompok bungkam merupakan hal yang tidak langsung dan rusak.
Asumsi Dasar
•    Wanita mempersepsikan dunia secara berbeda dibandingkan pria karena pengalaman pria dan wanita yang berbeda serta adanya kegiatan-kegiatan yang berakar pada pembagian pekerjaan.
•    Karena dominasi politik mereka, sistem persepsi pria dominan, menghambat ekspresi bebas dari model alternatif wanita mengenai dunia.
•    Agar dapat berpartisipasi di masyarakat, wanita harus mentransformasi model mereka sendiri sesuai dengan sistem ekspresi pria yang diterima.
Kelemahan teori dan kritik
Teori kelompok bungkam telah dikritik karena tidak memiliki kegunann karena teori ini terlibat dalam esensialisme, atau keyakinan bahwa semua pria pada esensinya adalah sama dan semua wanita pada esensinya adalah sama dan keduannya berbeda satu sama lain.
Tidak terlalu banyak kajian yang telah menggunakan teori kelompok bungkam sebagai kerangka, dan sedikit yang menggunakannya sering kali tidak menghasilkan dukungan empiris. Kritikus menyatakan bahwa teori ini harus dibuang karena asumsi-asumsinya yang kuno tidak divalidasi secara empiris.
Teori kelompok bungkam adalah teori yang provokatif dan menyebabkan kita berpikir dalam bias bahasa. Teori ini juga memberikan penerangan pada apa yang kita terima dan kita tolak dari pembicara. Selain itu, teori ini juga menjelaskan beberapa permasalahan yang dialami wanita dalam berbicara di berbagai latar. Terserah kepada kita untuk memutuskan apakah isu-isu ini membentuk bias yang sistematis terhadap kelompok bawahan dan mendukung kelompok dominan, sebagaimana dinyatakan teori kelompok bungkam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar