selamat datang

Karena Semua Hal Perlu Dikomunikasikan :))

Kamis, 02 Juni 2011

CYBERSPACE


SEKILAS TENTANG CYBERSPACE
Oleh: Innas Rizky Afria *)

Indonesia tercatat sebagai negara berkembang di Asia Tenggara dengan pertumbuhan penggunaan teknologi informasi yang terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Namun sayang, penggunaan mobile internet di Indonesia masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Ini dapat dilihat dari peringkat situs yang paling sering diakses oleh para penggunanya di Indonesia. Peringkat pertama adalah facebook, hal ini dirasa wajar karena Indonesia kini telah menjadi negara ke-3 di dunia yang paling banyak menggunakan layanan facebook. Sementara situs berita dan situs pencarian Google masih berada beberapa peringkat dibawahnya. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa pengguna mobile internet di Indonesia akan memperluas fungsi dan penggunaan dari mobile internet ini untuk hal-hal yang sifatnya lebih produktif. Sebagai contoh, pengguna mobile internet mulai sering memanfaatkan internet untuk mengakses situs berita, menulis di blog, dan aktif dalam forum.
Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan sebuah “ruang baru” yang bersifat artifisial dan maya, yaitu cyberspace. Ruang baru ini telah mengalihkan berbagai aktivitas manusia (politik, sosial, ekonomi, kultural, spiritual, bahkan seksual) dari dunia nyata ke dunia maya yang dikenal dengan dunia tanpa batas. Sehingga apapun yang dapat dilakukan di dunia  nyata, kini dapat juga dilakukan dalam bentuk artifisialnya dalam cyberspace. Sebuah migrasi besar-besaran kehidupan manusia tampaknya tengah berlangsung, yaitu migrasi dari jagat nyata ke jagat maya dari kehidupan di ruang nyata menuju kehidupan di ruang maya. Migrasi kemanusiaan ini telah menimbulkan perubahan besar dalam cara setiap orang menjalani dan memaknai kehidupan. Cyberspace menciptakan sebuah kehidupan yang mungkin nantinya sebagian besar akan dibangun seluruhnya oleh model kehidupan yang dimediasi secara mendasar oleh teknologi, sehingga berbagai fungsi alam kini diambil alih oleh subtitusi teknologisnya, yang disebut kehidupan artifisial.
            Realitas-realitas sosial budaya yang ada di dunia nyata kini mendapatkan tandingan-tandingannya. Pada akhirnya, batas antara keduanyamenjadi kian kabur. Cyberspace yang terbentuk oleh jaringan komputer dan informasi yang terhubungkan secara global telah menawarkan bentuk-bentuk komunitasnya sendiri (virtual community), bentuk realitasnya (virtual reality), dan bentuk “ruang” nya sendiri (cyeberspace).
            Cyberspace berasal dari bahasa Yunani, asal katanya adalah kubernan yang berarti ruang maya tanpa batas, imajinatif dan dapat dihayati melalui perwujudan virtual. Cyberspace merupakan ruang yang diwujudkan melalui (jaringan) computer, sifatnya digital dan direpresentasikan dalam satuan bit. Menurut Howard Rheingold, cyberspace merupakan sebuah ruang imajiner, yang di dalamnya setiap orang dapat melakukan apa saja yang bisa dilakukan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan cara baru, yaitu dengan cara artifisial. Cara artifisial adalah cara yang mengandalkan peran teknologi, khususnya teknologi komputer dan informasi dalam mendefinisikan realitas. Kegitan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam cyberspace antara lain dapat berupa bersenda gurau, berdebat, berdiskusi, pertengkaran, protes, kritik, bermain, bahkan menciptakan karya seni.
            Perkembangan cyberspace telah mempengaruhi kehidupan sosial pada berbagai tingkatannya. Keberadaan cyberspace tidak saja telah menciptakan perubahan sosial yang sangat mendasar. Pengaruh cyberspace terhadap kehidupan sosial setidaknya tampak pada tiga tingkat : individu, antarindividu, dan komunitas.
            Pada tingkat individu, cyberspace menciptakan perubahan mendasar dalam pemahaman kita tentang diri dan identitas. Struktur cyberspace membuka ruang yang lebar bagi setiap orang untuk secara artifisial menciptakan konsep tentang diri dan identitas. Kekacauan identitas akan mempengaruhi persepsi, pikiran, personalitas, dan gaya hidup setiap orang. Bila setiap orang bisa menjadi siapapun, sama artinya semua orang bisa menjadi beberapa orang yang berbeda pada saat yang sama.  Pada akhirnya yang ada dalam cyberspace adalah permainan identitas: identitas baru, identitas palsu, identitas ganda, identitas jamak.
            Tingkat interaksi antarindividu, hakikat cyberspace sebagai sebagai dunia yang terbentuk oleh jaringan (web) dan hubungan (connection) bukan oleh materi. Kesalingterhubungan dan kesalingbergantungan secara virtual merupakan ciri dari cyberspace. Karena hubungan, relasi, dan interaksi sosial di dalam cyberspace bukanlah antarfisik dalam sebuah wilayah atau teritorial, yaitu interaksi  sosial yang tidak dilakukan dalam sebuah teritorial yang nyata.
            Pada tingkat komunitas, cyberspace dapat menciptakan satu model komunitas demokratis dan terbuka. Karena komunitas virtual dibangun bukan di dalam teritorial yang konkret, maka persoalan didalamnya adalah persoalan normatif, pengaturan, dan kontrol. Dalam komunitas virtual cyberspace, pemimpin, aturan main, kontrol sosial tersebut tidak berbentuk lembaga, sehingga keberadaannya sangat lemah. Jadi, di dalamnya, seakan-akan “apa pun boleh”.


PENCITRAAN DIRI DALAM CYBERSPACE

            Cyberspace telah membentangkan sebuah persoalan mendasar tentang dunia kehidupan. Apakah bentuk keber-ada-an cyberspace? Apakah ia sama dengan “ada” di dalam kehidupan nyata sehari-hari?
            Dunia kehidupan adalah sebuah dunia yang kompleks, yang melibatkan berbagai model kesadaran, pengalaman, dan persepsi. Cyberspace adalah dunia yang dimasuki manusia dengan kesadaran, tetapi ia berbeda dengan dunia harian yang merupakan dunia yang dibangun berdasarkan kesadaran atas obyak-obyak nyata.
            Cyberspace menciptakan perubahan mendasar dalam pemahaman kita tentang diri dan identitas. Struktur cyberspace membuka ruang yang lebar bagi setiap orang untuk secara artifisial menciptakan konsep tentang diri dan identitas. Hal ini membuat konsep diri dan identitas didalamnya menjadi sebuah konsep yang tanpa makna. Artinya jika setiap orang dapat menciptakan berbagai identitas dirinya secara tak terbatas, maka hakikat identitas itu tidak ada lagi. Jika setiap orang bisa menjadi setiap orang lainnya, maka kita menghadapi sebuah kondisi matinya perbedaan. Berarti, mati pula identitas. Kekacauan identitas akan mempengaruhi persepsi, pikiran, personalitas, dan gaya hidup setiap orang. Bila setiap orang bisa menjadi siapapun, sama artinya semua orang bisa menjadi beberapa orang yang berbeda pada saat yang sama.  Pada akhirnya yang ada dalam cyberspace adalah permainan identitas: identitas baru, identitas palsu, identitas ganda, identitas jamak.
            Menurut penulis, pencitraan seseorang melalui dunia maya atau cyberspace dapat  menggunakan tampilan-tampilan maupun lay out yang bersifat artifisial baik pada website, blog, maupun bentuk ruang-ruang dalam dunia maya lainnya yang biasa digunakan oleh penggguna cyberspace tersebut. Namun, penulis lebih menitikberatkan sebuah pencitraan dalam bentuk tulisan, ide, gagasan, maupun kreasi yang dituangkan di dalam ruang cyber. Cara penulis mencitrakan dirinya dalam ruang cyber adalah dengan cara artifisial dan melalui tulisan-tulisan yang tertuang dalam blog, facebook, twitter, dan dalam ruang-ruang cyber lainnya. Penulis mencitrakan dirinya bukan sebagai orang lain, tetapi sesuai dengan kepribadian asli penulis tersebut.




Referensi

Purbo, Ono. 2005. Jejaring Dunia Maya: Cyberspace dan Perubahan. Yogyakarta: BPPM-UGM Balairung

*) disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi komunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar