KETIKA MEDIA TELAH MENGUASAI SEGALA HAL
Oleh: Innas Rizky Afria
Globalisasi menuntut kita untuk kritis dalam menyikapi segala hal. Media turut berperan besar dalam memberitakan suatu peristiwa. Dan rasional lah yang harus digunakan, namun ketika rasio mengubah rasa dalam budaya maka apa yang telah muncul dengan jernih tiba-tiba bisa menjadi buram, dan apa yang telah kabur atau buram bisa menjadi transparan.
Gegap gempita perubahan besar dalam pencerahan masyarakat modern yang ditandai kebebasan berfikir menuntut adanya transformasi yang besar-besaran dalam bidang apapun. Teknologi yang semakin berkembang setidaknya telah mendukung kebutuhan masyarakat modern saat ini. Perkembangan teknologi tidak selamanya membawa efek yang positif. Namun juga dapat menimbulkan efek yang paling buruk bagi kehidupan yang belum siap dengan instalasi-instalasi teknologi yang terus berkembang seiring dengan arus budaya globalisasi. Dan inti dari globalisasi adalah kemajuan teknologi, dari internet sampai komunikasi via satelit. Mampu atau tidaknya Indonesia menghadapi globalisasi ini adalah dapat dilihat dari seberapa banyak orang yang terdidik. Dan pendidikan menjadi isu yang sangat sentral bagi keberhasilan pembangunan dunia informasi Indonesia.
Penyebaran informasi kini semakin mengglobal, melampaui sekat tradisional yang mengganggu: etnis, budaya, politik, dan agama. Penyebaran informasi ini dapat melalui berbagai macam media. Ada setidaknya empat kategori media massa modern yang kita kenal, antara lain media cetak (koran, majalah), rekaman (kaset), gambar (film, video), dan media penyiaran (radio, TV). Namun pada perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan radikal pada perkembangan media : penemuan komputer dan internet. Multimedia interaktif memungkinkan berbagai data dan informasi disebarkan merata melalui jejaring komputer yang saling terhubung.
Media yang berfungsi memberikan informasi kepada khalayak tentang kejadian-kejadian di seluruh pelosok dunia, berperan besar di dalam bidang apapun. Media merupakan lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat. Kita dapat mengetahui perkembangan-perkembangan dunia melalui media, dan melaui media pula kita tahu segala informasi-informasi yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, budaya, maupun politik. Dalam perkembangannya media telah banyak mengalami perubahan, media yang awalnya berfungsi memberikan informasi saja saat ini media telah mulai bermain ‘uang’. Media telah cerdik dalam memainkan suatu peristiwa, tak jarang pula media membolak-balikkan fakta, menambahkan ‘bumbu-bumbu’ yang tidak sewajarnya ke dalam suatu berita sehingga terkadang malah memberikan kesan lebay bahkan sering pula media mengembangkan opini yang kurang benar kepada publik. Entah apa yang bisa merubah citra media menjadi demikian, namun pada kenyataannya memang saat ini media telah berubah dan banyak melakukan penyimpangan dari fungsi yang sebenarnya. Banyak kepentingan-kepentingan tersirat dibalik pembuatan informasi-informasi suatu peristiwa yang tidak akurat dan faktual. Ironisnya, para penguasa di negeri ini pun seolah-olah takut terhadap media, padahal seharusnya media dapat mendekatkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, media juga seharusnya digunakan sebagai jembatan bagi pemerintah untuk berkomunikasi dengan rakyatnya sehingga di sini media dapat berfungsi sebagai penyelaras, penyeimbang, dan mengurangi kesenjangan maupun gap antara pemerintah dan masyarakat. Denis McQuail berpendapat bahwa media merupakan sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat. Media dapat menciptakan citra seseorang tanpa peduli jabatan atau kedudukannya, bahkan saat ini orang nomor satu di Indonesia saja takut terhadap permainan media.
Kondisi bangsa yang sudah semrawut, semakin semrawut dengan keadaan pemimpin bangsa dan permainan monopoli media. Telah banyak kebohongan-kebohongan, kelicikan-kelicikan di dalam sistem pemerintahan bangsa ini. Lantas, kepada siapakah masyarakat harus menaruh kepercayaan? Pemimpin? Media? Atau percaya terhadap opini yang berkembang? Inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi apatis terhadap perkembangan negara. Masyarakat tidak mau ambil pusing terhadap urusan-urusan negara yang semakin tidak jelas. Media pun malah turut membingungkan masyarakat yang tidak tahu apa-apa dengan bahasa-bahasanya yang kadang terkesan membesar-membesarkan suatu masalah kecil. Namun, media juga tidak dapat disalahkan ketika memang terjadi suatu peristiwa yang harus diberitakan secara gamblang. Akhirnya tetap kaum intelektual lah yang diperlukan untuk mengatasi dan menghadapi ambiguitiy yang serba membingungkan ini. Oleh karena itu apa pun yang terjadi negara ini harus bisa meningkatkan kualitas SDM agar kondisi bangsa yang sudah terlanjur amburadul ini tidak semakin parah. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menuntut kita untuk menjadi revolusioner bagi bangsa dan negara agar tidak terus terpuruk seperti saat ini. Meminimalisasi kesenjangan yang semakin jelas terlihat.